FAKTOR PEMBENTUK MUKA BUMI DI DARATAN DAN LAUTAN
A. TENAGA ENDOGEN
Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga ini pada
umumnya memberikan berbagai bentuk relief kulit bumi dan bersifat membangun. Tenaga
endogen dapat dibedakan menjadi tiga bagian. Pembagiannya adalah sebagai
berikut.
1) TEKTOGENETIK
Tektogenetik adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya
perubahan letak kedudukan lapisan kulit bumi, baik secara horizontal maupun
vertikal. Gerakan tektogenetik dikenal dengan istilah dislokasi. Berdasarkan
kecepatan gerak lurus dan luas daerahnya, pembagian gerakan tektogenetik adalah
sebagai berikut.
a. Gerakan epirogenetik adalah gerakan yang mengakibatkan turun naiknya lapisan
kulit bumi. Gerakan ini relatif lambat dan berlangsung agak lama di suatu
daerah yang luas. Contohnya pembentukan kontinen atau benua. Tanda-tanda yang
kelihatannya jelas dari gerak epirogenetik dapat dibedakan menjadi dua.
· Epirogenetik positif (perubahan permukaan laut positif) adalah gerak turunnya
suatu darata sehingga permukaan air laut kelihatan naik.
· Epirogenetik negatif (perubahan permukaan laut negatif) adalah gerak naiknya
suatu daratan sehingga permukaan air laut kelihatan turun.
b. Gerak orogenetik adalah gerakan atau pergeseran lapisan kulit bumi yang
relative lebih cepat daripada gerakan epirogenetik serta meliputi daerah yang
sempit. Gerak orogenetik menyebabkan adanya tekanan horizontal atau vertikal
pada kulit bumi sehingga terjadilah peristiwa dislokasi, baik dalam bentuk
lipatan maupun patahan.
Lipatan (fold)
Lipatan adalah suatu kenampakan yang diakibatkan oleh tekanan horizontal dan
tekanan vertikal pada kulit bumi yang plastis. Lapisan yang melengkung
membentuk lipatan yang besar, punggung lipatan atau antiklinal dan lembah
lipatan atau sinklinal. Lembah sinklinal yang sangat luas disebut geosinklinal.
Daerah ladang minyak bumi di Indonesia umumnya terletak pada daerah
geosinklinal yang oleh J.H.F Umgrove disebut idiogeosinklinal. Adakalanya
sebuah daerah lipatan terjadi dari beberapa antiklinal dan sinklinal. Deretan
semacam itu masing- masing disebut antiklinorium dan sinklinorium. Lipatan
(fold) terdiri atas berbagai bentuk, di antaranya sebagai berikut.
· Lipatan tegak (symmetrical fold) terjadi karena pengaruh tenaga radial,
kekuatannya sama atau seimbang dengan tenaga tangensial.
· Lipatan miring (asymmetrical fold) terjadi karena arah tenaga horizontal
tidak sama atau tenaga radial lebih kecil daripada tenaga tangensial.
· Lipatan rebah (overturned fold) terjadi karena tenaga horizontal berasal dari
satu arah.
· Lipatan menutup (recumbent fold) terjadi karena hanya tenaga tangensial saja
yang bekerja.
Patahan (fault)
Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh
tenaga horizontal dan tenaga vertikal. Daerah retakan seringkali mempunyai
bagian-bagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami perubahan
dari keadaan semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan mungkin
setelah terjadi retakan, bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya.
· Horst (tanah naik) adalah lapisan tanah yang terletak lebih tinggi dari
daerah sekelilingnya, akibat patahnya lapisan-lapisan tanah sekitarnya.
· Graben/slenk (tanah turun) adalah lapisan tanah yang terletak lebih rendah
dari daerah sekelilingnya akibat patahnya lapisan sekitarnya.
· Dekstral terjadi jika kita berdiri potongan yang berada di depan kita
bergeser ke kanan. Sinistral, jika kita berdiri di potongan sesar yang satu dan
potongan di depan kita bergeser ke arah kiri.
· Block mountain terjadi akibat tena ga endogen yang membentuk retakanretakan
di suatu daerah, ada yang naik, ada yang turun, dan ada pula yang bergerak
miring sehingga terjadilah satu kompleks pegunungan patahan yang terdiri atas
balok-balok litosfer.
2) GUNUNG API (VULKANISME)
Vulkanisme merupakan salah satu gejala alam yang mencakup peristiwa yang
berhubungan dengan naiknya magma (massa cair pijar) ke permukaan bumi melalui
suatu rekahan dalam kerak bumi. Magma yang sudah keluar disebut lava.
3) GEMPA BUMI (SEISME)
Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan kekuatan yang berada
dari dalam bumi, yaitu sentakan asli yang bersumber dari dalam bumi merambat
melalui permukaan lalu menerobos permukaan kulit bumi karena keseimbangannya
yang terganggu. Batuan kulit bumi menjadi bergeser sampai tercapainya
keseimbangan kembali. Penyebab timbulnya gangguan keseimbangan itu di antaranya
adalah karena tenaga dari dalam bumi, peristiwa vulkanisme, tektonisme, dan
tanah runtuh. Menurut sebab terjadinya, gempa dibedakan menjadi tiga macam.
a) Gempa vulkanis
Gempa vulkanis adalah gempa yang terjadi akibat meletusnya gunung api. Apabila
gunung api akan meletus, maka timbulah tekanan gas dari dalam. Tekanan ini
menyebabkan terjadinya getaran yang kita sebut gempa bumi. Gempa vulkanis hanya
terdapat di daerah gunung api yang akan, sedang, atau sesudah meletus. Bahaya
gempa ini relatif kecil, tetapi sangat terasa di sekitarnya.
b) Gempa tektonik
Gempa tektonik disebabkan oleh gerak tektonik yang merupakan akibat dari gerak
orogenetik. Daerah yang seringkali mengalami gempa tektonik adalah daerah
pegunungan lipatan muda, yaitu rangkaian Pegunungan Mediterania dan Sirkum
Pasifik. Bahaya gempa ini sangat besar sekali sebab akibat gempa yang timbul,
tanah dapat mengalami retakan, terbalik bahkan dapat bergeser.
c) Gempa runtuhan (terban)
Gempa runtuhan dapat terjadi karena gugurnya atau runtuhnya tanah di daerah
tambang yang berbentuk terowongan atau pegunungan kapur. Pada umumnya di
pegunungan kapur terdapat gua yang disebabkan oleh korosi. Jika gua atau lubang
tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi. Namun, bahaya yang ditimbulkan
gempa bumi ini relatif kecil. Lokasi episentrum (pusat gempa) pada suatu tempat
dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara.
· Menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista. Homoseista adalah
garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami atau mencatat
gelombang primer pada waktu yang sama.
· Menggunakan tiga sismograf yang ditempatkan pada sebuah stasiun gempa.
· Menggunakan tiga tempat yang telah diketahui jarak episentralnya.
Jika dari stasiun A diketahui jaraknya adalah XA, dari stasiun B adalah XB, dan
dari stasiun C adalah XC. Dengan titik A, B, dan C sebagai pusat lingkaran,
dibuat lingkaran yang masing-masing beradius XA, XB, dan XC. Ketiga lingkaran
itu berpotongan di sebuah titik. Maka titik itu merupakan episentrum yang
dicari. Cobalah perhatikan gambar berikut ini.
Klasifikasi gempa juga dapat dibedakan berdasarkan pusat gempa (episentrumnya).
1) Berdasarkan bentuk episentrumnya
· Gempa linear memiliki episentrum berbentuk garis.
· Gempa sentral memiliki episentrum berbentuk titik.
2) Berdasarkan jarak episentrumnya
· Gempa setempat/lokal memilik i jarak episentrum kurang dari 10.000 km.
· Gempa jauh memiliki jarak episentrum sekitar 10.000 km.
· Gempa sangat jauh memiliki jarak episentrum sekitar 10.000 km.
3) Berdasarkan letak episentrumnya
· Gempa darat memiliki letak episentrum di daratan.
· Gempa laut memiliki letak episentrum di dasar laut atau permukaan laut.
Tenaga Pembentuk Lipatan, kobah dan patahan
Tenaga Pembentuk Lipatan
Daerah yang berstruktur lipatan, kubah, dan struktur patahan, pada dasarnya
disebabkan oleh tenaga endogen. Hanya saja tenaga endogen pembentuk ketiga
daerah struktur lipatan, kubah, dan patahan tidak sama. Pada daerah berstruktur
lipatan, disebabkan oleh tenaga endogen yang arahnya mendatar berupa tekanan,
sehingga batuan sedimen yang letak lapisanlapisannya mendatar berubah menjadi
terlipat atau bergelombang. Daerah yang berstruktur demimikian disebut daerah
lipatan, dalam bahasa Inggris disebut folded zone. Untuk memberikan kejelasan
tentang daerah lipatan, berikut ini disajikan ilustrasi dalam Gambar 5 – 1
(Sudardja & Akub,1977: 115).
Pada gambar di atas, dengan mudah dapat dilihat bahwa suatu lipatan tersebut
memilik beberapa bagian, sebagai akibat dari adanya lipatan tersebut.
Unsur-unsur tersebut adalah antiklinal, sinklinal, sayap antiklin. Di samping
itu juga ada berupa sumbu antiklinal dalam kaitannya dengan menentukan posisi
suatu lipatan yaitu dip (kemiringan) dan strike (jurus), serta sumbu
sinklinal.
Berbicara mengenai lipatan ada beberapa macam sebagai akibat dari kekutan yang
membentuknya, yaitu lipatan tegak, miring, menggantung, isoklin, rebah,
kelopak, antiklinoriun, dan sinklinorium. Di dunia ini banyak terdapat daerah
lipatan yang memperlihatkan bentukan topografi yang jelas, lipatan yang
terkenal adalah Sirkum Pasifik dan lipatan Alpina. Kedua lipatan tersebut
mempunyai kelanjutan di Indonesia. Lipatan Alpina di Indonesia berupa sistem
pegunungan Sunda yang terbentang di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Nusra,
Maluku, dan berakhir di P Banda. Lipatan ini merupakan busur dalam yang
Indonesia bersifat volkanis dan busur luar yang non vulkanis. Demikian pula
dengan lipatan Sirkum Pasifik dari Pilipina bercabang ke Kalimantan dan
Sulawesi dan seterusnya. Untuk memperjelas secara visual berikut ini disajikan
jenis-jenis lipatan tersebut seprti pada Gambar berikut
A = Lip. Tegak B = Lip. Menggantung
C = Lip. Patah D = Lip. Miring
E = Lip. Isoklin F = Lip. Kelopak
G = Antiklinorium
Tenaga Pembentuk Kubah/dome
Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur kubah adalah tenaga endogen mempunyai
arah tegak lurus ke arah luar bumi, sehingga daerah yang luas mengalami
pencembungan akibat tenaga tersebut. Seperti juga lipatan, dome juga mempunyai
Dip, tetapi dip pada dume menuju kesemua arah. Kalau boleh diumpamakan bahwa
dome tersebut ibarat kuali yang ditelungkupkan. Kalau tenaga yang tegak lurus
tersebut menuju pusat bumi, maka bentuk yang dihasilkan merupakan kebalikan
dari dome, yaitu berupa basin atau cekungan ibarat kuali yang menghadap ke
atas.
Berdasarkan pembentukannya dome, digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu:
Dome yang berintikan batuan beku yang terdiri dari dua jenis, yaitu dome
laccolith dan batolith. Terjadi karena penerobosan magma ke dalam kulit bumi,
sehingga lapisan kulit bumi yang terletak di atasnya terdesak yang
mengakibatkan kulit bumi tersebut cembung.
Dome atau kubah garam Kubah garam terjadi akibat intruisi massa garam ke dalam
lapisan batuan. Jadi kubah ini mempunyai inti berupa garam. Diatasnya
kadangkadang terdapat lapisan tudung berupa gips, batu gamping atau dolomit
yang pejal. Pada umum nya kubah garam ini kecil-kecil dengan garis tengah 1 – 6
km dengan ketinggian ± 100 kaki dari daerah sekitarnya. Banyak di antaranya
mempunyai nilai ekonomis. Bentuk dome seperti ini banyak terdapat di Jerman
(Harz Mountains), Sayap kanan pegunungan Karpatia (Rumania), Mesir, Persia,
Spanyol, Maroko, dan Aljazair. Terjadinya diduga bahwa lapisan garam yang
terletak jauh di dalam lapisan bumi, mendapat tekanan yang keras sehingga
keadaanya menjadi plastis dan pada bagian di bagian kulit bumi yang lemah ia
naik danmendorong lapisan batuan yang ada di atasnya, sehingga cembung ke atas.
Kubah garam ini meskipun berstruktur kubah, sering kali memperlihatkan
permukaan yang cekung, karena garam merupakan lapisan yang mudah larut,
akibatnya lapisan yang terletak di atasnya mudah ambruk. Jadi dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa daerah itu berstruktur positif tetapi topografi negatif.
Kubah akibat pengangkatan regional pada daerah yang luas. Kubah pada golongan
ini adalah akibat adanya pengangkatan regional didaerah yang luas. Ukurannya
luas dengan dip yang landai hingga hampir mendatar. Kubah ini mungkin terjadi
sebagai akibat dari desakan batuan volkanis dari dalam atau kerena proses
epirogenesisi
Kubah kriptovolkanis (Cryptovolcanic domes) Kubah ini terjadi sebagai akibat
dari desakan gas dari dalam bumi yang tergerak secara tiba-tiba, tetapi dengan
kekuatan kecil. Karena kekuatannya yang kecil sehingga tidak sampai ke luar,
melainkan hanya mendorong lapisan kulit bumi hingga ceambung.
Tenaga Pembentuk Patahan
Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga endogen yang
mengakibatkan
kulit bumi bergerak mendatar dengan berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau
ke atas, yang
sering disebut dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi
mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran kedudukan
lapisan yang terputus hubungannya (fault). Berdasarkan gerakan atau pergeseran
kulit bumi terdapat tiga macam sesar.
Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar vertikal),
sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan.
Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal (sesar
mendatar), sehingga hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh
kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah.
Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan pergeseran
mendatar, yang sering disebut sesar miring (oblique). Pergeseran kulit bumi
pada tipe ini membentuk celah yang memanjang, kalau terjadi di dasar
laut/samudera terbentuk palung laut, dan bila di daratan bias berupa ngarai.
Pembahasan Gejala Alam Kebumian disusun kedalam 4 bagian pembahasan utama,
yaitu:
1. Bumi sebagai Planet
Secara fisik, Bumi dibagi menjadi lapisan Litosfer dan lapisan Astenosfer.
Lapisan Litosfer merupakan lapisan teratas yang meliputi kerak bumi dan bagian
atas dari mantel bumi. Litosfer merupakan bagian yang padat, solid tetapi mudah
patah. Litosfer bergerak terapung di atas astenosfer.
Astenosfer merupakan lapisan cair yang meliputi mantel bawah dan inti luar
bumi. Lapisan ini “lemah” dengan temperatur yang sangat tinggi. Di lapisan ini
terjadi arus konveksi yang menggerakkan lempeng-lempeng permukaan bumi.
2. Lithosfer
Tenaga tektonik menghasilkan bentukan patahan dan lipatan. Patahan adalah
perubahan posisi batuan akibat bekerjanya gaya endogen pada batas lempeng.
Patahan dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
Graben (slenk) adalah bentuk patahan yang mengalami pemerosotan ke bawah di
antara dua bagian yang tinggi.
Horst adalah bentuk patahan yang mengalami pengangkatan ke atas diantara dua
bagian yang rendah.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat adanya pergeseran lapisan batuan
di dalam bumi. Pusat gempa yang terletak di bawah kerak bumi disebut
hiposentrum. Pusat gempa pada titik di permukaan bumi yang terletak tegaklurus
di atas hiposentrum disebut episentrum.
Terjadinya gempa bumi memiliki kaitan dengan proses pergeseran lempeng bumi.
Lempeng pembentuk lapisan kulit bumi bergerak perlahan sekitar 10-19 cm per
tahun. Gerakan lempeng ini ada yang saling menjauh, bergesekan, dan saling
bertumbukan, yang kemudian mengakibatkan gempa.
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang dibawa oleh air, angin atau
gletser. Semua material hasil pelapukan yang tererosi akan mengendap di satu
tempat sebagai sedimen.
Berdasarkan tempat dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Sedimentasi fluvial
Sedimentasi aeris
Sedimentasi pantai
Sedimentasi fluvial adalah proses pengendapan materi yang diangkut oleh air
sungai dan diendapkan di sepanjang sungai atau muara sungai. Bentang alam hasil
sedimentasi fluvial antara lain pulau sungai dan delta.
Pulau sungai merupakan dataran yang terdapat ditengah-tengah badan sungai.
Sedangkan delta adalah bentukan hasil endapan lumpur, tanah, pasir dan batuan
yang terdapat di muara sungai.
3. Atmosfer
Pemanasan oleh matahari terjadi dengan dua cara, yaitu:
Pemanasan langsung, terjadi karena adanya penyerapan sebagian sinar matahari
oleh uap air,debu dan zat- zat lain yang ada di udara.
Pemanasan tidak langsung, terjadi karena sebagian sinar matahari selain diserap
juga dipantulkan ke atmosfer. Sinar matahari yang dipantulkan ini turut
memanaskan udara, terutama pada lapisan atmosfer paling bawah.
Angin Fohn (angin jatuh panas) mempunyai ciri angin jatuh yang panas dan
kering. Maksud angin jatuh adalah angin yang menuruni lereng gunung setelah
sebelumnya bergerak naik ke puncak gunung. Pada saat angin tersebut naik ke
puncak gunung, angin tersebut mengalami penurunan suhu dan terjadi pengembunan.
Pada saat melewati puncak gunung, angin tersebut telah kering dan turun
melewati puncak. Namun, suhu angin tersebut naik ketika bergerak turun menuju
lembah. Bahkan, ketika sampai lembah, angin tersebut suhunya lebih tinggi dari
suhu udara di lembah tersebut, sehingga orang yang tinggal di lembah akan
merasakan adanya aliran angin yang panas dan kering.
Contoh angin Fohn adalah angin Gending di daerah Probolinggo, Jawa Timur. Angin
ini berhembus di dataran Probolinggo dari arah tenggara setelah melewati
pegunungan Iyang-Argopuro pada waktu musim kemarau. (Movie di atas dikonvert
dari animasi flash)
4. Hidrosfer
Hidrosfer adalah semua air yang berada di bumi, baik dalam bentuk cair (air),
padat (es dan salju), maupun dalam bentuk gas (uap air). Jumlah air yang berada
di bumi tidak berubah, karena air secara terus-menerus mengalami sirkulasi.
Sirkulasi air meliputi proses penguapan (evaporasi), hujan (presipitasi) dan
pengaliran (flow). Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi.
Secara umum sebaran air di permukaan bumi dibedakan menjadi air permukaan dan
air tanah. Air permukaan adalah segala bentuk perairan yang berada di permukaan
bumi.
Berdasarkan letaknya dibedakan sebaran air permukaan menjadi dua bagian, yaitu
perairan darat dan perairan laut. Perairan darat adalah semua bentuk perairan
yang berada di darat, misalnya sungai, danau dan rawa.
Sungai merupakan alur panjang di daratan yang berfungsi menampung dan
mengalirkan air dari mata air atau air hujan menuju ke laut. Profil memanjang
sebuah sungai dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan
bagian hilir.
Tektonisme atau tenaga tektonik adalah tenaga yang bekerja dari dalam bumi
dengan arah vertical / tegak maupun horizontal/ lateral/ mendatar yang
mengakibatkan perubahan lokasi atau letak lapisan-lapisan batuan yang membentuk
muka bumi.
Tenaga tektonisme ini dikelompokkan atas tektonik patahan (faulting process)
dan tektonik lipatan (folded process)
Tenaga tektonik dibedakan atas aktifitas epirogenesis (aktifitas penurunan atau
kenaikan benua) dan aktifitas orogenesis (aktifitas pembentukan pegunungan)
1. MORFOLOGI PATAHAN
Adalah bentukan-bentukan alam di muka bumi sebagai akibat adanya proses
pematahan (faulting process) pada lapisan batuan pembentuk kulit bumi
(litosfera). Proses pematahan lapisan batuan pembentuk litosfera disebut SESAR.
a. GRABEN/ SLENK
Adalah patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut lebih rendah
dari daerah sekitarnya, dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami penurunan.
b. HORST
Adalah patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut lebih tinggi
dari daerah sekitarnya, dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami kenaikan.
c. FLEKSUUR
Adalah patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut mengalami
penurunan atau kenaikan sebagian saja.
d. DEKSTRAL
Adalah patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan
kita bergeser kearah kanan.
e. SINISTRAL
Adalah patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan
kita bergeser kea rah kiri.
2. MORFOLOGI LIPATAN
Terjadi karena adanya tenaga endogen yang arahnya lateral/ horizontal dari dua
arah yang berhadapan (saling mendekat), sehingga lapisan-lapisan batuan di
daerah tersebut terlipat dan membentuk puncak lipatan (antiklin) dan lembah
lipatan (sinklin)
Patahan, adalah retakan sepanjang blok pada kerak bumi yang pada kedua sisinya
bergerak satu dengan yang lainnya dengan arah yang paralel dengan retakan
tersebut.
Di bumi ini ada 7 lempeng yang besar yaitu Pacific, North America, South
America, African, Eurasian (lempeng dimana Indonesia berada), Australian, dan
Antartica. Di bawah lempeng-lempeng inilah arus konveksi berada dan
astenosphere (lapisan dalam dari lempeng) menjadi bagian yang terpanaskan oleh
peluruhan radioaktif seperti Uranium, Thorium, dan Potasium. Bagian yang
terpanaskan inilah yang menjadi sumber dari lava yang sering kita lihat di
gunung berapi dan juga sumber dari material yang keluar di pematang tengah
samudera dan membentuk lantai samudera yang baru. Magma ini terus keluar keatas
di pematang tengah samudera dan menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua
arah berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang tengah
samudera. Pada saat lantai samudera tersebut terbelah, retakan terjadi di
tengah pematang dan magma yang meleleh mampu keluar dan membentuk lantai
samudera yang baru.
Kemudian lantai samudera tersebut bergerak menjauh dari pematang tengah
samudera sampai dimana akhirnya bertemu dengan lempeng kontinen dan akan
menyusup ke dalam karena berat jenisnya yang umumnya berkomposisi lebih berat
dari berat jenis lempeng kontinen. Penyusupan lempeng samudera kedalam lempeng
benua inilah yang menghasilkan zona subduksi atau penunjaman dan akhirnya lithosphere
akan kembali menyusup ke bawah astenosphere dan terpanaskan lagi. Kejadian ini
berlangsung secara terus-menerus. Wah ternyata bumi memang bergerak. Nah kalau
memang bergerak, apa yang terjadi di daerah pertemuan lempeng tektonik?
Daerah pertemuan lempeng ini umunya banyak menghasilkan gempa bumi dan kalo
sumber gempa bumi ini ada di samudera maka besar kemungkinan terjadi tsunami.
Tsunami itu apa? Nanti deh disambung di wacana yang lain biar nambah wacana.
Pertemuan dari lempeng-lempeng tersebut adalah zona patahan dan bisa dibagi
menjadi 3 kelompok. Mereka adalah patahan normal (normal fault), patahan naik
(thrust fault), dan patahan geser (strike slipe fault). Selain ketiga kelompok
ini ada satu lagi yang biasanya disebut tumbukan atau obduction dimana kedua
Bnaik berhubungan dengan compressional atau tegasan atau dorongan. Patahan
geser banyak berhubungan dengan gaya transformasi. Nah Indonesia ada dimana?
Kalau melihat Indonesia, daerah kita terletak di pertemuan lempeng Australian
dan Eurasian dimana lempeng Australian menyusup ke dalam zona eurasian sehingga
membentuk zona subduksi sepanjang Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara,
Timur dan melingkar di Banda. Sedangkan Irian Jaya adalah tempat bertemunya
beberapa lempeng yaitu Australian, Eurasian, Pasific, dan Philipine. Akibat
dari terbentunya zona subduksi inilah maka banyak sekali ditemukan gunung
berapi di Indonesia. Makanya orang- orang banyak menyebut daerah kita sebagai
RING OF FIRE. Wow keren kan? Jadi jangan kaget kalo di negara kita sering
dilanda gempa bumi dan tsunami karena daerah kita dibatasi oleh pertemuan
lempeng-lempeng besar di dunia. Prinsip saya “The great nation is the nation.
Gempa bumi adalah getaran (goncangan) yang terjadi karena pergerakan
(bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan
bumi dan juga bisa dikarenakan adanya letusan gunung berapi. Gempa bumi sering
terjadi di daerah yang berada dekat dengan gunung berapi dan juga di daerah
yang dikelilingi lautan luas.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata
gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian
gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi
terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar
untuk dapat ditahan.
Mengapa Terjadi Gempa Bumi
Gempa bumi yang hebat umumnya disebabkan oleh proses tektonik, yang terjadi
karena pergerakan lempeng kerak bumi. Para ilmuwan berpendapat bahwa lempeng
samudera yang mengapung pada lapisan yang bersifat padat tetapi sangat panas,
mengalir secara perlahan, seperti cairan dengan viskositas (kekentalan) tinggi.
Pada saat lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng benua, terjadi gesekan
yang menghambat proses penyusupan. Perlambatan gerak penyusupan menyebakan
adanya akumulasi energi di zona subduksi dan zona patahan, akibatnya akan
terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Apabila batas elastisitas batuan
terlampaui akibat tekanan, tarikan, dan geseran, maka akan terjadi pensesaran
batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba yang menyebar ke
segala arah yang disebut gelombang gempa bumi atau gelombang seismik.
Pada zona patahan, getaran gempa bumi dapat terjadi akibat gerak relative naik
yang disebut patahan (sesar) naik, gerak relative turun (patahan/sesar turun)
dan gerak relative geser (patah/sesar geser).
Penyebab lain memungkinkan terjadinya gempabumi yaitu terjadi runtuhan pada
atap-atap gua atau terowongan di daerah pertambangan. Gempa semacam ini disebut
gempa runtuhan. Intensitas gempanya tidak begitu kuat dan hanya terasa di
daerah sekitar runtuhan.
Gempa Bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, oleh patahan aktif aktivitas gunung berapi atau runtuhan batuan.
Kekuatan gempa bumi akibat aktivitas gunung berapi dan runtuhan batuan relatif
kecil frekuensi kejadiannya dibandingkan dengan gempa bumi akibat tumbukan
antar lempeng bumi dan patahan aktif.
Lempeng Samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan
lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan
lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi.
Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona
patahan.
Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat
batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang
diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan getaran
partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempa bumi.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu Lempeng
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di
lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas
pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan
Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan
di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi
di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3
lempeng itu sering terjadi gempa bumi.
Intensitas gempabumi adalah tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi
terjadinya. Angkanya ditentukan dengan menilai kerusakan yang dihasilkannya,
pengaruhnya pada benda-benda, bangunan, dan tanah, dan akibatnya pada
orang-orang. Skala ini disebut MMI (Modified Mercalli Intensity) diperkenalkan
oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.
Magnituda adalah parameter gempa yang diukur berdasarkan yang terjadi pada
daerah tertentu, akibat goncangan gempa pada sumbernya. Satuan yang digunakan
adalah Skala Richter. Skala ini diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun
1934. Sebagai contoh, gempabumi dengan kekuatan 8 Skala Richter setara kekuatan
bahan peledak TNT seberat 1 gigaton atau 1 milyar ton.
Perlipatan
Gaya-gaya tektonik akan menyebabkan batuan penyusun kerak bumi, berada dibawah
kondisi tertekan (‘stressed’) yang pada akhirnya menyebabkan batuan akan
berubah atau terdeformasi. Batuan yang bersifat plastis terutama batuan sedimen
mula-mula akan terlipat membentuk lipatan
Perlipatan kulit batuan penyusun kulit bumi dapat berukuran regional sampai
dengan ukuran minor, Lipatan berukuran besar yang mencakup daerah yang luas
pada umumnya sekarang nampak sebagai permukaan lipatan yang telah mengalami
erosi terutama pada bagian tertinggi pada puncak-puncak lipatan seperti pada
kenampakan gambar berikut
Lipatan pada kerak bumi akan membentuk lipatan antiklin dan lipatan siklin dan
jika pada permukaan lipatan memperlihatkan bidang kemiringan kesegala arah yang
dimulai dari titik puncak maka disebut ‘dome’/kubah, bentuk yang demikian dapat
dijumpai di daerah Sangiran Sragen Jawa Tengah, sebaliknya bila kemiringan
permukaaan bidang lipatan mengarah kesatu titik pusat disebut lipatan cekungan.
Patahan
Hampir semua batuan penyusun kulit bumi tidak lepas dari pengaruh stress yang
sangat kuat. Batuan yang ‘brittle’ (kaku’) sangat mudah patah dan putus jika
dibawah pengaruh gaya kompressi maupun tarikan, sehingga batuan akan patah membentuk
pegunungan Patahan.
Lapisan batuan penyusun kerak bumi yang mengalami patahan sebagaimana batuan
yang mengalami perlipatan akan berubah menjadi Pegunungan Patahan, jika lapisan
batuan mengalami patahan turun berjenjang maka akan membentuk Pegunungan Blok,
atau jika patahan tersebut bersekala kecil maka kenampakan patahan berjenjang
tersebut dapat diamati secara langsung di singkapan batuan, terutama pada
singkapan tebing-tebing jalan yang digali untuk perluasan jalan atau pada
tebing sungai tersingkap karena oleh kikisan arus air pada tebing/dinding
batuan sungai, seperti pada gambar berikut
Oleh karena permukaan batuan berhubungan langsung dengan faktor luar yang
cenderung mempengaruhi sifat fisik maupun kimiawi batuan sehingga permukaan
lapisan batuan yang terpatahkan, mengalami pelapukan dan terkikis sehingga
kenampakan bentuk patahan sebenarnya berjenjang membentuk undak-undak patahan
akan menjadi rata dan permukaan batuannya dilapisi dengan soil atau tanah
penutup.
Pada daerah-daerah yang mempunyai susunan batuan yang berumur tua seperti
kondisi singkapan batuan yang ada di Sulawesi Selatan,tidak akan kita jumpai
lagi kenampakan ideal dari pada Pegunungan vokano/Gunungapi, Pegunungan lipatan
ataupun Pegunungan Blok yang pada awalnya dibentuk oleh gunungapi, oleh karena
pelapukan sudah berlangsung jutaan tahun. Yang dapat kita jumpai hanyalah
Jalur-jalur Pegunungan yang telah mengalami proses denudasi atau menuju ke
proses perataan menjadi Peneplain, bahkan bagian bawah kaki lereng sudah
ceenderung membentuk pedatan/plain berupa dataran pantai, dataran banjir,
bahkan dataran danau. Pada singkapan batuannyasangat sulit dijumpai singkapan
yang baik dan ideal.